Tuesday, October 29, 2013

Love Your Self


Bismillahirrahmanirrahiim…

Sebelumnya saya pernah sangat menggemari serial dari negeri Korea alias K-Drama. Eh, tapi sebenernya kalau dipikir-pikir tingkat kegemaran saya nggak terlalu parah sih kalau dibandingkan beberapa orang yang saya kenal. Serial Korea yang pertama kali membuat saya jatuh cinta adalah Autumn in My Heart. 18 keping CD dan nyaris semuanya sukses bikin saya nangis bombay (eh, bawang merah ding… karena asli nangis sampai bengkak gitu…). Ceritanya bagus dan menyentuh banget. OSTnya pun keren karena ternyata ada yang diambil dari musik klasik. Akhirnya juga nggak mainstream: sad ending. Errr… Siapa sih sutradaranya??! Saya pencinta happy ending tauuuk…

Setelah Autumn in My Heart, seinget saya cuma dua serial K-Drama yang berkesan: Sassy Girl Choon Hyang dan Jewel in The Palace. Nah, yang terakhir asli keren. Serial ini bercerita tentang Jang Geum yang menjadi dokter perempuan pertama di Korea itu loh…

Setelah gelombang serial drama Korea, kemudian masuklah gelombang musik Korea. Saya ingat betul, di tahun 2009 saat saya masih menjadi Mentor di sebuah sekolah, 2 dari 4 murid saya penggemar berat DBSK sampai pada tahap yang mengganggu karena mereka bicara tentang DBSK hampir setiap saat.

Kalau diamati, wajah orang Korea khas sekali. Sandra Oh is a perfect representation. Dagu yang panjang dan tumpul serta mata super sipit tanpa kelopak adalah ciri khasnya. Tapi saya hampir nggak menemukan ciri tersebut pada artis Korea yang saat ini digemari. Bukan karena mereka bermutasi atau apa, tapi mereka berubah karena… operasi plastik. Sebagai seorang muslim, hal tersebut jelas terlarang buat saya. Tapi kan rata-rata orang Korea bukan Muslim? Okay… terus kenapa ya bahkan di Amerika Utara sana operasi plastik menjadi sesuatu ya… katakanlah tidak disarankan?

Saya teringat dengan salah satu episode di Oprah Winfrey Show. Saat itu Oprah mewawancarai seseorang yang kecanduan operasi plastik, Jenny Lee. Kecanduan berarti ia tidak pernah merasa cukup dengan tubuh yang ia miliki. Pun setelah mengubahnya ia tidak kunjung merasa cukup. Pertanyaannya, sampai kapan? Dan sebenarnya menurut saya, Jenny sebelum operasi sama sekali tidak jelek. Ia hanya memiliki definisi yang berbeda mengenai kecantikan. Definisi yang dibangun oleh stereotipe di sekitarnya.

http://rollingout.com/
Dan itu juga yang terjadi di Korea Selatan saat ini. Definisi mereka tentang cantik telah dibentuk oleh dunia luar dan kemudian dipaksakan kepada sesama mereka sampai di satu titik yang normal justru menjadi alien. Coba baca artikelnya Ashley Perez ini deh.
Yap, itulah yang saya pikirkan tentang selebriti Korea (dan bahkan telah mewabah kepada “non-selebriti”). Menurut saya, mereka lemah karena telah cukup terganggu dengan definisi kecantikan yang dibuat oleh entah siapa atas dasar apa sampai mengubah wajah mereka. They cut and put something in their body because something that others have defined… Miris banget nggak sih?

Setelah itu, saya lupa sejak kapan, tetapi saya kehilangan ketertarikan untuk menonton dan mengkonsumsi materi hiburan dari Korea Selatan. Saya berharap masyarakat tertular hal yang sama. Saya ingin mereka pergi dari televisi. Karena saya nggak sampai hati mereka yang kemudian menjadi kegemaran dan panutan anak-anak kita kelak. Kebayang nggak, kalau satu hari anak-anak Indonesia (yang notabene sawo matang, tidak terlalu tinggi, dan berambut ikal) ingin memiliki bentuk fisik yang sama seperti selebritis Korea dan melakukan apapun untuk mencapainya.

Untuk K-Drama dan K-Pop Lovers, maaf kalau tersinggung… Tapi saya bener-bener nggak ngerti apa yang digemari dari penyanyi yang suaranya biasa-biasa saja… Dengan gaya tari yang itu-itu saja… Dan dengan tubuh serta wajah yang dipermak sana sini.
Artikel yang tautannya saya berikan di atas juga bisa menjadi gambaran bagaimana masyarakat Korea bukan hanya mengubah definisinya tentang kecantikan, tetapi juga memaksakan (baik sadar maupun tidak) definisi mereka. Patut dibaca.

Sebagai penutup, Sandra Oh yang saya sebutkan di atas salah satu pemeran dalam serial favorit saya: Grey’s Anatomy. Syukurlah ia besar dan tinggal di Amerika, kalau tidak mungkin dia sudah kehilangan identitas yang justru menjadikannya unik. Saya pikir masyarakat Korea yang melakukan operasi plastik harus berkaca kepada Sandra Oh. Matanya masih tanpa kelopak dan dagunya masih tumpul, tapi gosipnya Sandra Oh bakal jadi Bond Girl selanjutnya (kalaupun nggak jadi, jelas karena usianya sekarang sudah 42 tahun). See?




Pesan saya sederhana, love your self :).

Thursday, October 17, 2013

Nak, Saat Engkau akan Menikah Nanti…


Pilihlah muslimah yang baik agamanya. Ibu tahu dan paham, yang rupawan, keturunan terpandang, dan banyak hartanya mungkin membanggakan. Tetapi Rasulullah sudah tetapkan. Maka kita turuti saja, agama yang paling utama. Semoga engkau juga mampu memantaskan dirimu baginya.

Pilihlah ia yang berhijab rapi. Ya… Ibu tahu, hijab memang bukan jaminan. Paling tidak bertambah satu kepatuhannya pada perintah Allah. Ia pula yang kelak akan mendidik anak-anak perempuanmu untuk berhijab. Mari kita permudah saja tugasmu.

Pilihlah ia yang mencintai keluarganya dengan tulus, karena kelak (cepat atau lambat) ia akan mencintai keluarga kita dengan sama tulusnya. Istrimu kelak akan menjadi pintu hubungan Ibu dengan kamu dan anak-anakmu.

Pilihlah ia yang cerdas dan haus ilmu, karena ia yang akan mendidik anak-anakmu. Dukunglah jika ia ingin menuntut ilmu setinggi-tingginya.

Jangan ajak calon istrimu untuk hidup susah. Jaman kini perempuan bekerja banting tulang untuk memperbaiki taraf hidup diri dan keluarganya, masa kau tega ajak ia hidup susah?? 
Namun, pilihlah ia yang sederhana dan tidak terlampau cinta pada dunia. Agar kelak saat Allah berkehendak lain, ia tetap tegar bersamamu.

Menikah memang harus disegerakan, tapi pastikan kau mampu untuk bertanggungjawab akan kehidupan istri dan anakmu kelak. Ibu dan Ayah tentu bersedia membantu. Tapi dengan mandiri nilaimu tentu akan bertambah.

Menikah itu kebaikan. Walimah juga sebuah kebaikan. Namun, tak perlulah kita bermegah-megahan, apalagi jika uang pas-pasan. Niscaya kesederhanaanmu akan berbicara tentang bagaimana engkau teguh dalam pendirian. Jika engkau ingin walimah yang sederhana, maka insyaAllah Ibu dan Ayah akan mendukungmu.

Ibu pernah merasakan sedihnya harus berjilbab pendek saat menikah. Sedih karena di saat Ibu ingin beribadah dan meraih ridho Allah, justru berkurang kepatuhan Ibu padaNya. Tak usah pula disebutkan wajah yang menor dengan make-up aneka warna. Belum lagi melihat pengantin yang terpaksa melewatkan waktu sholat karena tak mau make-up di wajahnya luntur. Ada juga yang memaksakan adat istiadat sehingga mendekati syirik. Ah… miris betul. Nanti pernikahanmu jangan sampai seperti itu ya Nak, insyaAllah Ibu akan bantu sekuat tenaga.

Foto pre-wedding memang sedang jadi tren saat ini, mau kamu ikuti juga tidak masalah. Asal jangan karena beberapa lembar foto lantas berkurang keberkahan dalam pernikahanmu. Jika belum menikah, pegang-pegangan ya tetap zina namanya. Apakah itu yang akan kita banggakan dan dipajang untuk dilihat tamu-tamu undangan?

Muliakanlah istrimu dengan menjadikan satu-satunya bidadari di dunia, tidak akan pernah habis kebaikan dari seorang istri yang kau pilih dengan menimbang keimanannya.

Ajaklah istrimu untuk bermanfaat bagi umat. Dunia terlalu besar untuk dilewatkan selamanya di dalam rumah. Ajak ia keliling dunia agar semakin nampak kebesaran Allah di mata kalian.

Setelah menikah, simpan rapat masalah kalian untuk kalian berdua, InsyaAllah kalian akan mendewasa. Ingatlah, cinta tidak akan selamanya membara. Syaithan tidak akan pernah berhenti menggoda. Setiap hari adalah ujian dan cobaan. Namun, pernikahan tidak semata-mata soal cinta. Pernikahan adalah janji yang kamu buat atas nama Sang Pencipta, tidak ada yang lebih baik selain menjaganya.

***

Tulisan ini semacam dialog imajiner antara saya dan Ihya. Ihya baru berusia 3 tahun. Pernikahannya mungkin masih belasan tahun di depan. Ini hanya pesan saya sebagai seorang Ibu. Siapa tahu saya nggak sempat berpesan kepada Ihya soal ini. Semoga suatu hari nanti kamu membacanya ya Nak…

*) Oia, tulisan ini juga sebenarnya universal. Bisa untuk anak laki-laki ataupun perempuan, tinggal menyesuaikan saja :)

7 Signs That Your Preschooler Loves You



Akhir-akhir ini saya males untuk subscribe informasi dari situs tertentu karena biasanya mereka akan terus menerus memberikan informasi yang tidak saya butuhkan. Tapi ada satu situs yang saya terima email informasi dari mereka dengan suka hati: Baby Center. Dan hari ini mereka kembali mengirim email dengan judul: 7 signs that your child lovesyou.
Saya coba rangkum sedikit ya… Ini asli cuma terjemahan doang kok, bukan buah pikiran saya.

He acts up!
Pernah ngerasa kesel nggak sih saat anak kita cari-cari perhatian secara berlebihan saat kita sedang mengobrol dengan orang lain. Dalam kasus saya, Ihya bahkan “cemburu” kalau saya mengobrol terlalu lama dengan Ayahnya. Jangan ditanya kalo ijk peluk-peluk suami. Pernah suatu malam Ihya menyela obrolan kami di tempat tidur dengan berbisik kepada saya: “Ibu jangan peluk Ayah, peluk Abang aja…”. Mukanya asli lucu banget, posesif dengan dahi berkrenyit tapi nggak pantes karena masih terlalu imut (kebayang kan?)

You're his role model
Apapun yang Anda lakukan dapat dengan mudahnya ditiru oleh anak Anda. "To your child, you are a rock star". Ihya? Akhir-akhir ini Ihya sering banget bilang “capek” kalau disuruh jalan kaki (yakin banget ini karena saya sering bilang hal yang sama saat dia minta gendong). Cara Ihya menekuk alis sama banget kayak Ayahnya. Pokoknya kalau ada hal salah yang kami lakukan, Ihya akan menasehati kami seperti cara kami menasehatinya :)

He makes verbal declarations of love
Oh yeah… Akhirnya… Inilah masa-masa di mana saya kebanjiran kata-kata: Abang kangen…deh sama Ibu, Abang sayaaang deh sama Ibu… Plus ciuman bertubi-tubi, tentunya.

He comforts you
Kalau yang satu ini Ihya tidak hanya melakukannya kepada saya. Sama tantenya juga lho… Kebetulan baru saja kemarin mengalami hal ini. Kemarin memang saya sedang sakit, dan Ihya tiba-tiba berkata: “Kalau Ibu mau minum obat kasih tahu Abang ya…” Aih… langsung lumer hati ini… Semoga tumbuh menjadi anak penyayang ya Nak.

He tries to hurt you with words
Kalau yang ini sih paling banter Abang akan bilang “Abang kesel” sambil teriak.

He gives you gifts
Yang ini sudah pernah belum ya… Kayaknya belum sih…

He celebrates your return
Kalau Anda bersedih karena si kecil menangis dan berteriak saat Anda pergi kerja, bayangkan kesenangannya saat Anda kembali. Dalam kasus saya Alhamdulillah drama pagi hari sudah jarang banget. Tapi, setelah saya pulang Ihya akan berteriak senang: “Yeee… Ibu pulaaaaang!!”.

So… does your baby love you? Insya Allah… :)

Wednesday, October 16, 2013

4 Tahun Sudah... -postingan telat-



Bulan ini, tepatnya di tanggal 3 Oktober lalu, saya resmi berstatus ISTRI selama 4 tahun. Yap, pernikahan kami (tidak terasa) sudah berjalan selama 4 tahun. Ya iya lah nggak terasa, nggak pernah dipikirin banget juga udah jalan berapa lama. Yang penting selamanya, gitu aja deh… Terus tiba-tiba, gara-gara postingan sebelumnya juga, jadi kepingin menulis sesuatu tentang perjalanan kami selama 4 tahun ini.

Oh iya, ulang tahun pernikahan ngapain aja? Saya ngasih surat, kado, dan kue (beli di luar dan rasanya nggak enak pulak). Beliau? Sudah bisa ditebak nggak akan beli dan ngerayain apa-apa. Dan saya sama sekali nggak masalah dengan hal ini. Eh, sebenernya masih takut papasan pas beli kado di mall (berarti masih ngarep Ayah beli kado ya?). Terus kemudian berpikir… nggak mungkin ah… Dan benar saja, begitulah adanya T_T. Lelaki satu ini kalo udah dateng romantisnya bakal ngebayar LUNAS ketidakromantisannya. Jadi, yasudah… tunggu aja sampe siklus berulang… siapa tahu dapet rumah dan mobil. Gyahahaha.

Sebelum masuk ke angka 4 tahun, berhubung perempuan-perempuan di keluarga saya jarang ada yng nikah cepet, saya pun berpikir akan mengikuti jejak mereka. Dulu sampai pernah bilang sama Papah: “Pah, kalau aku  nggak nikah-nikah, tolong jangan dipaksa!”. He smiled and said okay… Tapi, jreng!! Lulus kuliah belum setahun saya udah minta kawin, hahahaha. Tapi Alhamdulillah, restu udah di tangan… Saya ingat betul Papah menangis di depan dua keluarga saat perkenalan (belum lamaran padahal…). Entahlah tangisnya karena apa… Karena sedih atau bahagia… Tapi yang jelas sekarang Papah seneng banget punya seorang cucu laki-laki nan meriah seperti Abang Ihya.

Perjalanan kami ke pernikahan lumayan sulit sebenernya, tetapi Ayah memilih menyimpan semua itu sampai keluarganya setuju sama saya. Padahal butuh waktu lumayan lama untuk meyakinkan keluarga mertua untuk menerima saya yang keturunan Minang (padahal ane kan nggak dianggep anak Minang…). Selesai keluarganya setuju, tiba-tiba Mamah bilang nggak sreg punya menantu dan besan orang Betawi. Halah… ada-ada aja… kenapa tiba-tiba kesukuannya pada tinggi begini sih…??! Ya… saya coba pahami karena kebanyakan suku Betawi di lingkungan kami pendidikannya tidak tinggi, kelakuannya pun seringkali kurang sopan dan sombong karena merasa sebagai yang punya kampung. Pakai drama saya udah mau dijodohin sama sepupu jauh segala… T_T

Saat itu, kebanyakan teman-teman saya menikah lewat jalur ta'aruf. Saya? Ta'aruf apanya... wong memang sudah kenal lama kok. Beberapa orang suka mengirimkan nada-nada sindiran. Lah? Kok situ yang sewot? Hehe. Kami hanyalah anak muda, dan insyaAllah tidak ada niat untuk bermain-main semata. Makanya kami berjibaku sekuat tenaga supaya cepat sampai ke sana :)

Belum lagi duit pas-pasan… Sebagai keluarga mempelai perempuan orangtua saya merasa memiliki kewajiban untuk menanggung biaya pesta pernikahan. Tapi, kondisi keuangan Papah saat itu memang cukup menegangkan. Mau sekedar akad di rumah saja mereka merasa kurang pantas karena banyak keluarga yang ingin diundang. Saya cuma bisa minta maaf sama Papah karena nggak bisa bantu apa-apa… Sambil berpesan, jangan sampai berhutang. Alhamdulillah nggak ada utang-utangan… Malah surplus hasil angpaw. Hehehe.

Saya juga bersyukur sebagai keluarga kami bisa bekerja sama dengan baik… Nggak ada acara adat atau apa lah yang bisa membuat biaya membengkak. Nggak ada seragam-seragaman. Mamah dengan sangat PD berkata: Sori ya… uang pas-pasan nih, jadi nggak pakai seragam ya!!. Bahkan ada rasa bangga terselip di hati ini, kami tidak terlena dengan alasan ingin menyenangkan keluarga. Kami mampu untuk menakar kemampuan kami. Sejujurnya sih, ada juga yang bilang seragamnya jelek lah… Wis, mboten nopo-nopo… Kami paling paham kemampuan kami.

Setelah menikah kami mengontrak rumah di Depok selama setahun. Selama pernikahan, tentu saja banyak adaptasi… Lupakan cerita putri-putri, they lied! Dari mulai adaptasi dengan karakter masing-masing, adaptasi dengan karakter mertua masing-masing, adaptasi dengan kondisi keuangan yang tiba-tiba mblesek karena konflik suami dengan atasannya.

Setelah punya anak, Alhamdulillah… tabungan kami 0 bahkan minjem orangtua untuk keluar dari RS. Tapi memang bahagia memiliki anak mengalahkan segalanya. Alhamdulillah juga saya nggak sempat mengalami yang namanya baby blues… Walaupun sempat berjibaku dengan perjuangan memberikan ASI secara langsung untuk Ihya dan masalah keluarga di sana dan di situ, tapi… Here we are!! 4 tahun. Ealah… baru 4 tahun memang… Tapi tidak ada puluhan tahun tanpa tahun pertama kan?

Lama kelamaan saya yang penyuka momen-momen penting dan romantisme dalam bentuk selebrasi jadi ikut suami yang cenderung cuek… Dirayakan atau nggak toh bukan esensi utama. Udah nggak ada hasrat buat makan malam atau jalan ke mana… gitu. Tapi Sabtu kemarin akhirnya kita jalan berdua ke GanCit (nggak penting banget ya?). Nonton Gravity IMAX dan beli vacuum cleaner. Plus dapat whisker baru pengganti whisker lama yang sudah rusak dan sarung tangan silikon. Haha. Ada perayaan atau tidak, insyaAllah di dalam hati maupun terucap lisan, kami tetap saling mencinta. Mungkin ada kalanya naik turun, tapi menurut saya itu lebih wajar daripada balas-balasan komen mesra di FB tiap hari. Apapun, I love you, Ayah Ihya… Kita sama-sama terus sampai ke syurga ya… (“,)