Friday, April 4, 2014

See You in 8 Months, Bebe...

Bismillahirrahmanirrahiim...

Walaupun saya menyadari saya bukan orang yang cukup sabar menghadapi anak-anak, tapi saya sudah beberapa lama mengidamkan anak ke-2.

Perjalanan dengan saudara kandung pasti nggak selalu mulus lah ya... Tapi saya bersyukuuur sekali punya seorang Adik. Ditambah lagi 6 orang adik setelah menikah dengan Syami. Nggak berhenti sampai di situ, bertambah pula 2 orang ipar. Intinya bersaudara itu menyenangkan, walaupun nggak akan selalu mulus.

Saya ingin Ihya ikut merasakan nuansa itu. Bukan cuma jadi pusat perhatian, tetapi juga mampu berbagi. Bukan cuma hormat pada yang tua, tetapi juga menyayangi yang lebih muda. Bukan cuma bisa berbuat baik, tetapi juga menjadi teladan. Karena itu kami memanggi Ihya dengan sebutan Abang, bukan?

Nah, cerita lagi... dulu saya pingin jarak antar anak sekitar 4 tahun. Kenapa? Supaya biaya sekolahnya nggak barengan. Haha *biasa hidup prihatin*. Sekarang Ihya sudah berusia 3 tahun 3 bulan. Seharusnya saat ini saat yang sangat tepat untuk merencanakan kehadiran anak ke-2. Namun, karena rencana sekolah Syami di luar negeri, kami berusaha menahan dulu keinginan tersebut dan berhasil... sampai dengan minggu kemarin :D.

Memang Allah yang punya ketentuan, minggu lalu iseng saya pakai tes kehamilan pribadi karena sudah terlambat haid sekitar satu minggu dan hasilnya... 2 Garis J

Alhamdulillah... Allahu Akbar.

Saya belajar bahwa manusia nggak tau apa-apa tentang takdir. Tentang apa yang terbaik untuk mereka dan apa yang tidak. Saya berpikir punya anak nanti lebih baik: bisa segera ikut menemani suami, bisa tinggal di tempat yang sama sekali berbeda dengan tempat saya selama ini tinggal, dan yang pasti nggak berlama-lama LDM (Long Distance Marriage).

Namun, Allah punya kehendak berbeda yang PASTI lebih baik untuk keluarga kami. Awalnya galau banget karena membayangkan harus pisah berbulan-bulan dengan suami dalam keadaan hamil dan punya balita. Sekarangpun saya nggak punya sanggahan apa-apa untuk kegalauan tersebut. Tapi satu yang pasti, galau dan sedih tidak akan menghasilkan sesuatu yang produktif. Alih-alih menenangkan justru menambah beban pikiran. Untuk hal yang satu ini suami saya memang benar-benar tauladan: logis dan tenang.

Sekarang saya sedang berusaha menata dan mendata apa saja yang harus saya lakukan, dimulai dari: memasang teralis di rumah supaya lebih tenang, hehe. Dan pastinya menikmati sata-saat berdua dengan suami yang nggak lama lagi (eh, bukan buat selamanya ya... 6 bulan aja ya Allah... AMIN!).

So, see you in 8 months bebe... We miss you J