Monday, February 2, 2015

Catatan Menyusui

Bismillahirrahmanirrahiim...

Catatan menyusui ini saya buat untuk berbagi pengalaman menyusui dua anak yang kebetulan sama-sama susah untuk menyusu di bulan-bulan awal. Saat ini Alhamdulillah saya sudah bisa menyusui bayi kedua (namanya Sulha) dengan lancar. Kira-kira 4 hari yang lalu saya juga sudah menimbang Sulha kembali. Kenaikan berat badannya selama 9 hari sebesar 470 gram. Jauh melampaui target minimal 150 gram... Yang artinya Sulha sudah tumbuh dengan baik hanya dengan ASI saja *emoticon senyum super lebar*. Yang artinya juga sudah 2 minggu Sulha lepas dari susu formula. Yang artinya lagi Sulha sudah kembali ke persentil awal saat ia lahir.

Angka-angka tersebut memang bermakna besar buat saya. Anak masuk rumah sakit karena kurang nutrisi buat saya benar-benar pukulan besar... apalagi karena di saat yang sama saya "memaksanya" untuk belajar menyusu.

Saya tetap pada prinsip awal "menyusuilah dengan keras kepala". Karena terkadang menyusui tidak semudah kelihatannya. Saya termasuk yang dulu berpikir bahwa menyusui itu gampang. Anak kedua lebih santai lagi... karena saya merasa telah melewati ujian berat dalam menyusui.

Sesuai dengan judulnya, tulisan ini berisi beberapa catata pribadi tentang menyusui. Pribadi ya... jadi monggo diberikan masukan apabila memang ada yang kurang tepat secara medis dan ilmiah :)

Pertama, ilmu itu penting. Apapun yang kita lakukan pasti butuh belajar, termasuk menyusui. Jadi untuk para wanita baik yang belum menikah, sudah menikah, maupun sedang hamil wajib untuk cari ilmu sebanyak-banyaknya tentang menyusui. Walaupun belum praktek, tapi paling tidak kita tahu teorinya.

Kedua, menyusui itu sangat alami. Artinya hampir semua perempuan bisa menyusui. Saat turun semangat waktu belajar menyusui Ihya dan Sulha, saya ingat terus bahwa saya pasti bisa. Kami pasti bisa *MLM banget ya bo gue...*.

Ketiga, walaupun alami tapi menyusui juga sebuah skill atau keterampilan. Jadi kalau belum berhasil, ulangi langkah-langkahnya dari awal. Lagi dan lagi sampai berhasil. Kalau belum berhasil mah rasanya beraaat banget... Tapi pasti akan berhasil jika kita konsisten.

Keempat, tenang. Di akhir-akhir masa belajar menyusui antara saya dan Sulha, saya mendapati bahwa Sulha semakin bingung kalau saya sedang kalut, panik, dan sebagainya. Jadi kenali situasi-situasi yang bisa bikin kita panik. Misal, menyusu di tempat umum (solusinya bisa bawa ASIP atau susui anak sampai kenyang sebelum bepergian). Atau anak nangis (solusinya kenali tanda-tanda anak lapar. Jadi jangan sampai anak terlalu lapar. Kita panik, anakpun nggak fokus).

Kelima, kenali tanda-tanda kecukupan ASI. Banyak ibu-ibu yang semangat memberikan ASI, tapi di sisi lain mengabaikan kecukupan gizi anaknya. Saya mungkin termasuk dalam kategori ini. Saking yakin dan semangatnya, saya mengabaikan bahwa Sulha megap-megap mengejar berat badannya... Nah, kesalahan saya jangan diulangi ya... Solusinya ya mengontrol terus kecukupan gizi anak. Monitor terus berat badannya. Ini penting banget selain frekuensi buang air kecil dan besar. Kalau perlu timbang beberapa hari sekali ke Posyandu.

Keenam, kalau tanda kecukupan ASI tidak menggembirakan... Segera cari bantuan. Sekarang Konselor Laktasi sepertinya sudah banyak... Bahkan ada yang bisa melakukan home visit. Pada akhirnya Konselor Laktasi ini mungkin "hanya" memberikan saran-saran yang sudah kita tahu. Tapi peran terpenting mereka buat saya adalah pompaan semangat bahwa semua kesulitan ini bisa dilewati. Melinda, konselor terakhir yang saya temui memberikan rencana (kasih formula berapa banyak, kapan harus dikasih, berapa target kenaikan berat badan, dst) dan memonitornya dari waktu ke waktu.

Ketujuh, sistem pendukung yang baik. Dengan Ihya saya punya Mamah dan Suami. Dengan Sulha saya punya Suami dan Ihya. Mereka yang selalu menaruh kepercayaan besar atas keputusan yang saya pilih. Tidak menghakimi apapun pilihan saya. Dan pastinya membantu secara nyata saat saya kelelahan. Di puncak kegalauan saya, saya menangis. Bukan menangis tersedu-sedu ya... tapi nangis beneran. Di depan suami dan anak-anak saya. Ihya sampai ikutan sedih... Tapi Suami dan Ihya menenangkan saya, memberi semangat bahwa Sulha pasti akan bisa melakukannya. Dan Alhamdulillah besoknya saya lebih tenang dan Sulha pun mulai menyusu dengan baik :)

Dua bulan bukan waktu yang singkat... setiap Sulha mulai merengek kelaparan saya grogi dan takut. Karena itu artinya saya akan menghabiskan malam-malam panjang kurang tidur. Capeknya bukan main mengurus bayi yang merasa tidak cukup siang dan malam... Tapi saat membuahkan hasil... saya segera lupa rasa capek itu. Yang ada hanya syukur... Jadi, tetaplah menyusui dengan keras kepala... Kalau kemudian harus memberikan formula, ya jangan patah arang dong ah... segera tata dan kembali ke jalan semula. Insya Allah semua usaha akan bernilai kebaikan :)

Semoga bermanfaat. Semangat ASI!! :)