Tersenyum, bahkan tertawa, padahal secara logis sikon berkata
“nggak-mungkin-lo-ketawa-pada-waktu-waktu-kaya-gini*.
Nyium-nyium Ihya sampai dia menggeliat melepaskan diri.
Terkaget-kaget, dan kemudian berseru: Subhanallah…!!
Dan yang membuat Papah bertanya serius: “Ihya terbuat dari apa
ya?”
Pagi ini, Ihya yang biasanya rajin cium tangan sama siapapun yang
mau pergi kecuali sama Ibunya, seperti biasa, dia “protes” karena Ibunya pergi
kerja dengan ogah cium tangan apalagi cium pipi dan asik di gendongan
pengasuhnya. Tapi tiba-tiba, saat Ibu berkata: “Bang, Ibu pergi dulu ya…
dadaaaaah…”, Ihya membalas ber-dadah ria, dan minta diturunkan dari gendongan
sambil menjulurkan tangan kanannya (minta salim). Dan ya, saya bahagia…
***
Abang itu, walaupun sudah bisa mencium sambil mengeluarkan suara
“bbmmmbbaaahhh!!”, tapi tetep ya… suka mogok juga. Suatu malam, di sebuah
restoran, Ayah-Ibu-Ihya-Ami Nawal sedang makan bareng. Ami-nya minta dicium
dooong. Pertama sih dia ogah-ogahan, tapi akhirnya bersedia memberi satu
ciuman. Yang berlanjut dengan banyak ciuman berikutnya. Tahu kenapa? Karena
kita tepokin sambil bilang “Yeaaaaay!! Abang hebat!!”. Yak, anak Influence yang
senang tampil dan dipuji sepertinya… *Bapaknya yang sanguinis dan haus
perhatian langsung jingkrak-jingkrak, “ANAK GUEEE!!!”*. Tapi tetap saja takjub,
waow… Udah punya perasaan juga ya ternyata? Hehe.
***
Suatu hari, Ibu lagi mau manasin motor sebelum berangkat kerja.
Gantungan kunci motor memang panjang dan suka berbunyi “krincing-krincing”. Ibu
pikir, itulah yang membuat Ihya ngotot mau memegang kunci. Ternyata, setelah
dipegang, ia berjinjit sambil mencoba memasukkannya ke lubang kunci. Anak
pinteeer!! *kok dia bisa tau yah? Kayaknya nggak pernah diajarin… Naturally
born observer, haha*
***
Ibu: “Abaaang, salim dong…”
Abang: Menjulurkan tangan
Ibu: Menyambut dengan riang gembira
Abang: Narik tangannya sambil ketawa tengil… *tepok jidat*
***
Abang: Nenen!
Ibu: Nih…
Abang: Hhhhaaaabbbbhhh!! (baca: mangap dengan semangat menuju
sumber makanan-tapi kemudian menjauh sambil ketawa tengil…)
***
Neda (Nenek Bunda): Abaaang!! Katanya punya sendal baru ya?
Abang: Bangkit, berjalan menuju tas, dan kemudian ngorek-ngorek
isi tas (yang diasumsikan sebagai: “sendal baru gue mana yah?”).
Asumsi yang berlebihan? Nggak juga, baca cerita setelah ini.
***
Suatu hari, Ibu yang akhirnya kasihan ngeliat Abang nenangga pake
sepatu berinisiatif tinggi membelikan sendal gabus yang ringan. Warnanya
merah-ijo tosca. And I guessed he loved it!! Pertama, di awal-awal sendal itu
dibeli, Ihya maunya kemana-mana pake sendal, termasuk pas digendong maupun
tidur. Kedua, dengan antusias Ihya menunjuk-nunjuk sendal itu ke orang-orang…
*Alhamdulillah deh kalo seneng*
***
Ihya saya ajarkan baca doa, terutama sebelum makan dan sebelum
tidur (karena itulah dua aktivitas utamanya, haha). Jangan bayangin dia baca
doa dengan tartil ya… Yang doa Ibu-Bapaknya kok, tapi kami ajarkan Ihya
mengangkat tangan dan menyapu muka setelah berdoa. Kadang Abang masih suka lupa
untuk mengangkat tangan kalau kita berdoa. Atau mungkin dia terlalu ngantuk
atau laper. Alhamdulillah, seringnya sih udah otomatis. Itu aja buat saya udah
hebat “anak kecil gampang banget ya diajarin. Makanya ngajarin anak kudu dengan
tauladan yang baik yah!!”. Tapi bagian yang bikin ketawa adalah: Abang suka
nggak sabar, AMIN duluan deh…
***
Sebenernya masih buanyak kejadian lainnya. Tapi baru segitu yang
saya inget dan bisa digambarkan cukup jelas lewat tulisan. Kalau inget lagi,
bakal ditambahin deeeh… Oia, satu lagi, nggak cuma senyum, ketawa, atau
perilaku anak manis lainnya. Abang juga bisa menunjukkan emosi kesalnya.
Biasanya sih dia bakal nabok muka orang terdekatnya. Atau melempar barang yang
dia pegang. Atau nangis sambil sujud. Sejauh ini kami akan ngebilangin sambil
menahan tangannya, atau memotivasi dia untuk nggak nangis, atau berbicara
selayaknya menjelaskan kepada orang dewasa. Kadang berhasil. Kadang nggak.
Kalau lagi kayak gitu, baru ngerasa banget deh, menjadi orangtua
itu tanggungjawabnya berat. Amat berat. Tapi, selayaknya ujian, ia bisa menjadi
ladang amal. Ihya: Investasi akhirat. Dan sifat dasar investasi adalah:
hasilnya akan terlihat di akhir. High risk, high return… Kami akan berikan yang
terbaik sebanyak-banyaknya. Dan kami akan berusaha terus melebarkan kemampuan
kami. Love you, Nak…