Bismillahirrahmanirrahiim…
Hari ini adalah hari Senin
tanggal 30 Desember 2013. Belum punya resolusi apapun untuk tahun 2014 yang
tinggal sekoprol nyampe (tinggal sebentar lagi, maksudnya…). Resolusi itu buat
saya pentiiing banget. Tiap tahun bikin dan tiap tahun nggak banyak yang
tercapai, menurut saya masih jauh lebih baik dari nggak bikin perencanaan
apa-apa tapi berasa banyak pencapaian.
Soal resolusi ntar aja lah ya…
Saya harus semedi dulu untuk menetapkan hal-hal apa yang ingin saya raih di
tahun 2013. Sekarang saya mau nulis tentang jumlah anak *jauh amat Mbak…*.
Saya baru punya satu anak
laki-laki. Sudah diamini oleh Ibu dan Mertua saya bahwa anak saya itu kemampuan
verbalnya agak di atas rata-rata (baca: ceriwis dan pinter ngeles), lincah
(baca: suka lari ke sana-ke mari kayak gasing), dan tantangan-tantangan lain
sesuai dengan tahap perkembangannya yang In Shaa Allah masih wajar. Saya paham,
saya bukanlah Ibu yang lembut dan sabar yang tergambar dari omelan-omelan yang
keluar kalau saya sedang menghadapi anak laki-laki ganteng tersebut. Tapi,
entah mengapa keinginan saya untuk punya banyak anak rasanya nggak terbendung :)
Pertama, saya lahir di keluarga
dengan dua anak. Dua: satu kakak, satu adik. Dulu sih kami berantem terus. Tapi
sekarang, kerasa banget kedekatannya dan gimana kami bisa bersandar satu sama
lain (langgeng, In Shaa Allah!!). Alhamdulillah, dapat suami yang 7 bersaudara.
Jadi, sekarang saya punya 7 adik!! Mungkin nggak bisa disamakan kedekatan saya
dengan adik kandung dan adik ipar, tapi Alhamdulillah hubungan saya dengan
mereka amat baik dan rukun. Karena saya otomatis jadi kakak perempuan tertua di
rumah, seringkali saya dicurhatin ini itu dan saya amat sangat senang bisa jadi
tempat bercerita bagi mereka. Kalau masih kecil-kecil mungkin repotnya memang
luar biasa, tapi saat sudah besar-besar, punya anak banyak itu kayaknya indah
banget.
Kedua, punya anak banyak itu
sunnah Nabi. Well... selain memperbanyak jumlah umat, saya melihat anak sebagai
ladang amal (jariyah!). Mendidik mereka sama dengan ilmu yang bermanfaat. Doa
anak-anak yang shalih, jangan ditanya indahnya… Namun, bagai dua sisi mata
uang, kenikmatan itu mengalir kalau saya mendidik mereka dengan baik dan penuh
kasih. Kalau sebaliknya, siap-siap dituntut di akhirat *syereeem*.
Ketiga, kayaknya dengan alasan 1
dan 2 saya udah nggak butuh alasan ketiga deh… Haha.
Tapi siapalah yang nggak tahu
kalau membesarkan anak (satu sekalipun) pada jaman ini luar biasa berat? Eh,
nggak jaman ini aja ding… jaman dulu juga, bentuk tantangannya saja yang
berbeda. Bahkan Nabi Nuh dan Nabi Luth tidak dapat menggiring anaknya pada
keimanan.
Orangtua (Ibu) yang bekerja, kurangnya
ilmu orangtua dalam hal pendidikan anak dan keislaman, sistem pendidikan yang
semrawut, biaya hidup yang amat tinggi, lingkungan yang tidak kondusif, acara
hiburan di televisi yang acakadut, teknologi yang penggunaannya kebablasan,
internet yang memungkinkan berselancar ke mana saja…
Duh, membayangkannya aja udah
bikin gemeteran. Kalau dibahas satu-satu pasti bisa jadi satu buku sendiri nih :).
Lalu, surutkah keinginan punya anak banyak? Agak… *hadoh, mental tempe… hihi*. Saya
banyak berefleksi soal ini. Yang membuat saya masih pingin punya anak banyak sepertinya
kepasrahan saja sama Allah. Biar rejeki Allah yang atur. Biar anak Allah yang
jaga. Eh, maksud saya di sini bukan melahirkan terus lepas tangan. Tetapi
bukankah kita banyak melihat, orangtua yang sekolahnya nggak tinggi, tetapi
anak-anaknya tumbuh dengan baik dan santun. Orangtua yang uangnya pas-pasan,
tetapi anaknya sukses semua. Orangtua yang kerjanya nggak tetap, tapi
anak-anaknya sekolah semua.
Maksud saya di sini adalah
perkara mendidik dan membesarkan anak tidak seperti matematika yang bisa diukur
secara persis. Pegangan orangtua yang utama adalah Al Quran dan Sunnah, saya
percaya itu dan nggak ragu. Bukan saya menafikan ilmu tentang parenting, nggak
sama sekali. Tapi ilmu tentang parenting tersebut akan berjalan saat niat kita
lurus dan ada keinginan yang besar untuk senantiasa beribadah padaNya dalam
setiap hal yang kita lakukan.
Tulisan saya ini kalau boleh
jujur adalah kebingungan saya dalam membaca buku Fauzil Adhim: Segenggam Iman
Anak Kita. Duh, saya bingung dan nggak paham gimana cara mengaplikasikannya
*apa IQ gue yang jongkok? Hehe*. Untuk saat ini, saya mendapatkan dua poin
penting dari buku tersebut: jadikan anak sebagai ladang ibadah dan ajarkan anak
untuk menjadi taqwa *berat meeen…*
Ah, tadinya saya mau nulis yang
ringan-ringan aja tentang pingin punya banyak anak… kenapa jadi serius begini??!
Apapunlah… yuk mari punya anak lagi :p