Eh, kenapa saya bilang warisan leluhur (maaf ya Papahku, ini cuma
hiperbola doang, bukan berarti Papah adalah leluhur, hehehe)? Karena Papah lah
yang membuat saya doyan baca. Seperti kata Meeng, belanja sama Mamah, beli buku
sama Papah. Beliau amat sangat mendorong kami untuk suka baca. Nggak terhitung
banyaknya *lebay* buku cerita dan komik yang saya punya. Sayangnya saat itu
saya belum pandai merawat buku, jadilah banyak yang hilang tak berbekas.
Ditambah lagi rutin langganan Bobo sampai kelas 6 SD yang kemudian diikuti oleh
adik saya. Intinya, saya, Mega, dan Papah adalah trio doyan buku.
Prinsip Papah, yang penting suka dulu sama buku. Masalah ngerti atau
nggak, masalah buku pelajaran atau komik, itu belakangan. Bisa diterima sih...
Kalau sudah suka sama buku, berarti suka membaca. Membaca adalah gerbang
kemampuan bahasa dan analisa :). Serius, saya nggak punya target macem-macem di usia Ihya saat ini. Saya
tahu, masa 5 tahun pertama adalah masa-masa emas. Tapi untuk menanamkan dan
membentuk keterampilan tertentu, saat ini nggak lah. Saya hanya ingin Ihya
senang dengan buku. Kalaupun hal itu akan jadi agenda di masa mendatang, saya
ingin Ihya menikmati setiap prosesnya.
Saya sendiri masih suka baca. Cuma sudah agak berkurang nih... Degradasi
dimulai saat saya mulai menggunakan motor sebagai alat transportasi. Walhasil
waktu senggang di angkot atau KRL yang biasa digunakan untuk membaca juga
berkurang.
Tapi, tetep lah... Saya bertekad untuk membuat Ihya suka membaca (dan
menulis). Tadinya saya pikir “nanti aja lah” untuk beli buku untuk Ihya. Sampai
sang Tante Mega baik hati membelikan 3 buku ini untuk Ihya:
Yang membuat saya bersemangat membeli buku ini untuk Ihya:
Dan kemudian ngiler untuk membelikan yang ini:
Setelah mencoba menggunakan buku-buku tersebut untuk “kencan” bersama
Ihya, saya jadi bener-bener sadar betapa besarnya manfaat buku. Ihya terlihat
sangat antusias dengan gambar dan warna yang disajikan. Tentu saja Ihya nggak
bisa duduk tenang dalam waktu lama untuk mendengarkan saya membaca. Tapi
melihat gayanya yang sok tahu itu bikin saya jadi senyum-senyum sendiri :).
Misalnya nih, kalau sudah saya ajak baca buku, maka Ihya akan pasang
posisi tiduran sambil mengangkat buku ke atas, tengkurap dan memasang buku di
depannya, atau nyelip di posisi depan supaya bisa melihat bukunya.
Selain itu, sudah ada tambahan kosakata baru lho...
Baca (diucapkan dengan jelas),
Ikan (diucapkan dengan jelas),
King (maksudnya kepiting), dan
Shhh (untuk Shark).
Jadi... Intinya, jangan takut berinvestasi buku untuk anak-anak. Insya
Allah besar manfaatnya. Kunantikan karyamu (buku) suatu hari Ihya anakku...
*seperti Papah masih menanti saya menulis buku. Hehe*
Only one word : Happy
ReplyDeleteaku juga 'happy' pah beliin buku buat abang :D
ReplyDeleteAseeek, pada iuran yuk buat beli buku Halo Balita. Harganya 1.620.000. Hehehehe
ReplyDelete