Pertama, mungkin karena Papah dan Mamah belum punya rumah sampai
sekarang. Selain itu, tanah mereka satu-satunya dijual, yang salah satu
tujuannya adalah untuk membayar admission fee masuk UI.
Kedua, mungkin karena saya perempuan. Senang atau punya kecenderungan
senang pada keindahan. Dan buat saya rumah itu seperti sebuah kanvas besar bagi
seorang pelukis.
Melenceng dikit, Astaghfirullah... Punya rumah di Jakarta yang ideal itu
susah. Kadang terasa hampir mustahil. Oww, mungkin ada yang komentar:
“Ya elu cari rumah di Jakarta...”. Itu karena saya masih mau jadi karyawan dan nggak mau menghabiskan waktu terlalu lama di jalan demi ketemu anak saya lebih lama.
“Belagu sih...cari rumah kok ya di daerah Cipinang atau Mampang...”. Itu juga demi Ihya bisa dititipin di rumah neneknya. Daripada berduaan sama asisten, kegiatan nggak jelas, nggak ada yang kontrol pula...
“Ya jangan kerja lah kalo kaya gitu”. Langsung diem, tutup muka pake bantal terus tidur...
Melenceng banyak, geram rasanya rumah-rumah mewah tak berpenghuni ramai
dibangun. Sementara untuk rakyat kecil membeli rumah adalah impian yang amat
besar.
Oke, balik lagi... Kalau ditanya rumah impian saya seperti apa, ini
daftar yang saya punya:
-
Tidak terlalu
luas, tapi nggak terlalu sempit.
Saya cukup sadar Jakarta sudah padat. Saya juga
ingin menyisakan ruang-ruang untuk resapan air. Lebih baik ditingkat ke atas
daripada menyemen lahan baru.
-
Ada minimal 4
kamar
Untuk saya dan Syami, untuk anak laki-laki,
anak perempuan, dan tamu.
-
Jendela yang
lebar-lebar
Karena nggak pakai AC adalah harga koma (udah
kritis deket mati), jadi sirkulasi udara yang baik adalah mutlak.
-
Punya jendela
kaya gini di kamar:
![]() |
belakangan saya tahu namanya bay window |
-
Kusen jendela
warna putih
-
Punya taman
belakang
Soalnya males banget kan kalo harus pakai jilbab
dulu buat jemur pakaian.
-
Desain
sederhana
Bahasa kerennya rumah minimalis. Ini sesuai
dengan petunjuknya Nate Berkus: jangan terlalu banyak detail yang tetap pada
rumah Anda. Karena siapa yang tahu suatu hari kita bakal bosan atau modelnya
udah terlampau jadul. Nggak mau kan musti renovasi macem-macem cuma untuk ganti
suasana?
-
Ada pagar
kayu di depan rumah.
Sebagai orang introvert mungkin saya nggak
seterbuka itu ya... Pinginnya tetep punya pagar rumah sebagai pembatas ruang umum
dan privat, tetapi nggak usah terlalu tinggi.
-
Letaknya di
Jakarta
Umm, lebih spesifiknya: deket rumah Mamah atau rumah
Bunda *ngakak sendiri*
-
Nggak banjir
-
Dinding
dengan foto-foto keluarga
-
Warna dominan
dengan warna-warna pastel. Pokoknya yang adem-adem...
-
Udah
Nggak banyak kan? Jadi, ada yang mau ngasih?