Dalam 2 tahun ke depan, insya Allah
saya akan menekuni profesi baru: Ibu Rumah Tangga (IRT). Awalnya memang nggak
sengaja, walaupun sebenarnya sudah diniatkan sejak lama (tapi masih maju
mundur). Pada bulan Juli 2013 saya pindah kerja ke tempat baru dengan
pertimbangan: mendapat gaji yang lebih baik, bagian yang (saya pikir) lebih
dekat dengan passion saya di bidang
people development, tempat kerja yang tidak terlalu jauh, dan kejenuhan di
tempat lama yang sudah membuat hari-hari saya tidak bersemangat. Padahal
meninggalkan anak dari pagi sampai sore itu butuh alasan yang kuat lho... Saat
itu saya masih ingin bekerja, IRT masih sebatas kepingin kepingin doang dan
nggak jelas bagaimana rencana konkretnya.
Januari 2014 saya resign. Padahal secara umum saya cukup
bahagia di tempat kerja. Alasannya utamanya karena Papah ingin saya membantu
beliau di usahanya. Pada kenyataannya sih saya belum bisa banyak membantu
beliau karena ini bidang yang sama sekali baru buat saya: software kontraktor. Namun, saya amat sangat tegiur dengan bayangan
bahwa saya bisa punya waktu yang lebih fleksibel bersama Ihya.
Februari 2014 suami mendapatkan
beasiswa Master dari pemerintah Australia selama 2 tahun. Saya tidak
henti-hentinya bersyukur atas hal ini... Bukan sekedar karena saya bangga
dengan pencapaian suami, tetapi akhirnya saya bisa menjadi IRT. Sempat kepikiran
untuk kerja serabutan di sana demi menambah tabungan, tapi ndilalah hadirlah
bayi kecil di rahim saya... Nampaknya memang Allah mencoba mengingatkan apa
keinginan dalam doa-doa saya...
Kenapa sih pingin jadi IRT? Buat
saya sederhana saja sih... Saya ingin memberikan standar emas dalam kehidupan
anak-anak saya. Gampang? Ya nggak lah... Tapi anak-anak ini yang kelak akan
saya pertanggung jawabkan di akhirat kelak. Anak-anak ini yang kemudian akan
menuntut saya jika saya lalai terhadap mereka. Walaupun tidak ada larangan
untuk Ibu untuk ikut bekerja dan mencari nafkah, tetapi memang telah ditetapkan
itu lah tanggung jawab Ayah. Ibu menjadi pendidik anak-anak di rumah.
Semua orang di ibukota ini pasti
tahu, biaya hidup itu mahal bung!! Bukan untuk bermewah-mewah lho... Sehingga
akhirnya ayah dan ibu terpaksa bekerja. Sampai saat ini pun saya nggak punya
masalah saat seorang Ibu lebih memilih untuk bekerja. Lha saya juga begitu
kok... Tapi ada masanya, ketika saya berefleksi mengenai tumbuh kembang anak,
saya merasa seharusnya saya melakukan yang lebih baik dari apa yang saya
lakukan sekarang. Bahkan dengan kondisi saya yang cukup disirikin sama
teman-teman (rumah dekat, ART baik, mertua deket rumah), saya merasa ini semua
nggak cukup. Saya nggak bisa mengharapkan yang terbaik karena saya juga nggak
total. Ini konsekuensi logis. Saya menyerahkan hasil pada Allah anak saya akan
menjadi seperti apa dan bagaimana... tapi setidaknya saya memberikan yang
terbaik.
Perempuan juga sekarang sekolah
tinggi (bahkan terlihat lebih rajin di kelas dibanding teman-teman
laki-lakinya... hehe). Wajar lah jika kami mengharapkan itu semua berujung pada
penghidupan yang lebih baik. Dan bukan cuma soal uang semata, tetapi juga
aktualisasi diri. Deuh... klasik banget ya aktualisasi diri?? Jujur sih...
selama kurang lebih 6 tahun saya bekerja, saya lebih merasa cari duit
dibandingkan aktualisasi diri. Haha. Ini juga yang membuat saya akhirnya
berusaha ikhlas melepas pekerjaan.
Kalau ditanya, nanti soal uang
gimana? Saya hanya bisa jawab: nggak tau. Insya Allah setiap orang sudah diatur
rezekinya... *bwahaha... sederhana amat ya jawabannya...*. Soalnya selama ini
saya tuh ribed, kebanyakan mikir, agak ambisius, dll. Tapi ternyata saya juga
nggak puas dengan semua itu. Dan saya sudah beberapa kali menyaksikan bahwa
rezeki-rezeki yang dulu ada dari kantong Ibu bisa pindah ke kantong Ayah dengan
cara-cara yang tak disangka-sangka.
Kalau ditanya, nanti nggak bosen?
Nah... ini sebenarnya lebih mudah... Kalau rezeki urusan Allah, kalau ini
urusan saya. Mau saya bosen atau nggak ya ada di tangan saya. Kalau saya
ternyata jadi IRT malas ya salah saya sendiri dan saya pasti bisa megubahnya.
Menjelang menyandang status IRT ini
saya mencoba berilmu sebanyak-banyaknya dan menyiapkan diri... Semoga ini
keputusan terbaik, insya Allah saya mengiringinya dengan niat baik... Bismillah
:)
No comments:
Post a Comment