Friday, June 1, 2012

Prepare for Pregnancy, Birth, and Parenting


Markijut, mari kita lanjut…
Mohon maaf kepada tema HS karena saya teralihkan yaaaaa… >_<
Di posting sebelumnya, disebutkan 8 prinsip Attachment Parenting, coba saya ulas satu-satu ya…

Pertama, Mempersiapkan Kehamilan, Kelahiran, dan Proses Menjadi Orangtua
Menjadi orangtua bahkan sudah dimulai sebelum hamil ya… Mungkin banyak dari calon ibu dan ayah yang sudah senang mencari informasi tentang parenting sebelum si buah hati lahir. Namun, tidak bisa dipungkiri, peristiwa kehamilan lah yang menjadi kesempatan terbesar bagi ayah dan ibu untuk mempersiapkan diri untuk proses parenting baik secara fisik, mental, dan emosional. Termasuk didalamnya merencanakan dan mempersiapkan proses kelahiran dan perawatan bayi yang kita inginkan, tidak ketinggalan, praktek parenting apa yang ingin kita terapkan? Di sinilah pentingnya mencari informasi sebanyak mungkin dari sumber yang tepat.
Saya? Saya dan suami membaca dan belajar… tapi jujur saya merasa masih banyaaaaak sekali yang kurang. Bahkan untuk urusan yang umum seperti peralatan bayi saya tidak terlalu “heboh”.  Lalu, hal apa saja yang perlu disiapkan?
- Coba deh… refleksikan masa kecil kita, menyenangkan nggak? Saat membayangkannya, kita juga pasti akan membayangkan cara orangtua mendidik kita. Dari sana, kita bisa mendapatkan gambaran masa kecil seperti apa yang ingin dialami oleh anak kita, dan ingin menjadi orangtua seperti apakah kita kelak. Setelah itu, bolehlah kita eksplorasi lebih dalam tipe, cara, dan filosofi parenting dari berbagai budaya, agama, teori, dll. Sehingga kita bisa mulai mengekstraksinya untuk kemudian diterapkan untuk keluarga kita.
- Jauhi emosi-emosi negatif selama kehamilan. Selama kehamilan memang terdapat beberapa masalah datang silih berganti yang cukup berat buat saya. Saat episode-episode itu datang, saya merasakan Ihya bergerak kencang. Sebagai bagian dari tubuh kita, mustahil sang bayi tidak ikut merasakannya. Untuk membuat bayi tenang dan nggak ikut-ikutan stress, mari jauhi emosi negatif J.
Yang tidak kalah penting adalah persiapan fisik dari sebelum kehamilan, makan-makanan bergizi, dan berolahraga secara teratur. 3 hal tersebut membantu kehamilan yang sehat serta dapat mengurangi keluhan-keluhan selama kehamilan. Bahkan ada teman saya yang rajin sakit justru sehat beut pas hamil, dan kemudian sering sakit lagi setelah melahirkan. Alhamdulillah saya nggak banyak mengalami keluhan saat hamil. Namun, karena dari awal kurang olahraga, memang badan lebih cepat lelah. Memang tidak bisa dimulai mendadak, harus disiapkan dari sebelum masa kehamilan. Kehamilan yang sehat akan lebih membahagiakan untuk Ibu dan pasti lebih membahagiakan bagi bayi.
- Selanjutnya mengenai tempat/fasilitas kesehatan yang merawat kita selama kehamilan dan kelahiran. Sayangnya, memang nggak semua RS/Klinik ramah Ibu dan Bayi. Ini bukan sekedar soal dokter yang galak atau nggak ya… Hehe. Ini juga menyangkut “ideologi” yang dianut oleh RS. Apa saja yang perlu dicari tahu bisa dilihat di sini dan di sini. RS yang ramah Ibu dan Anak tentunya juga akan mengajak Ibu untuk senantiasa sadar dan aktif pada saat proses kelahiran. Ketahui pula hal-hal rutin yang berkaitan dengan perawatan bayi untuk didiskusikan dengan RS dan tenaga kesehatan.
Kemudian, setelah melahirkan, Ibu biasanya merasa luar biasa lelah, apalagi yang melahirkan spontan. Kadang ASI tidak langsung keluar. Kadang suami dan keluarga belum betul-betul Pro ASI. Kadang tamu-tamu yang datang bukan bikin seneng malah bikin panik. RS yang ramah Ibu dan Anak akan sangat meringankan lho… Biar mereka yang bertitah dengan gelar ahli kesehatannya. Hehe.
- Nyambung nih sama poin di atas, mengenai ASI. ASI Eksklusif itu 6 bulan, tidak kurang tidak lebih. Menyusui tidak selalu mudah dan langsung bisa. Pun kalau sudah bisa masih ada waktu 2 tahun yang etap perlu dijaga. Oleh karena itu, ada baiknya calon Ibu dan Ayah mengedukasi diri dan keluarganya. Seringkali hambatan yang ada sebenarnya minor dan bisa dicarikan solusinya, tetapi karena pengetahuan yang kurang ASI Eksklusif justru gagal.
Edukasi sepertinya memang poin penting, pengetahuan yang sudah berkembang begitu pesat di sekitar kita rasanya sayang kalau tidak dicari dan dimanfaatkan. Termasuk tentang ASI, tahap-tahap perkembangan anak (jadi nggak perlu panik kalau perkembangan anak telat-telat dikit dan membuat ekspektasi orang tua kepada anak menjadi lebih rasional).
-Dari poin sebelumnya, terlihat kan, bahwa parenting adalah tugas Ayah dan Ibu, bukan hanya salah satunya (memang berat ya jadi Ayah…). Karena itu, jadikan masa kehamilan sebagai “bulan madu” kedua. Bulan madu yang tidak sekedar romantis, tetapi bulan madu yang semakin memperkuat komitmen berkeluarga serta menciptakan hubungan yang lebih sehat.
- Jadi orangtua, untuk anak keberapapun selalu jadi pengalaman baru yang tidak selalu mudah dilalui. Sang bayi ini “penuntut” loh… Artinya, ia memang membutuhkan perhatian penuh dari kita. Jika merasa membutuhkan, tidak masalah mempertimbangkan untuk memiliki ART untuk membantu pekerjaan Anda. Bahkan ada orang-orang yang memang bekerja sebagai pengasuh untuk masa-masa awal saja (di Amerika sonoh kali ya…), istilahnya doula. Kalau di Indonesia (termasuk saya sendiri), biasanya Ibu yang baru melahirkan didampingi oleh ibu atau mertuanya disamping ART. Buat saya ini amat membantu, memberikan rasa aman dan nyaman sekaligus pengetahuan tentang merawat bayi.
- Saat kondisi-kondisi yang tidak diinginkan muncul, seperti: kata dokter harus SC!!, Anak kuning, harus kasih formula!! Anak kena infeksi, harus kasih AB, harus dirawat !!, dll… tenang adalah pilihan pertama. Selanjutnya, coba tanyakan dan cari tahu hal-hal berikut ini:
  • Apa keuntungan dari intervensi yang akan diberikan? Cukup sepadankah? Jangan lupa untuk tetap mempercayai insting Anda sebagai orangtua.
  • Apa resiko yang akan datang jika intervensi tidak dilakukan?
  • Ada pilihan lainkah?
  • Saya punya waktu berapa lama untuk memutuskan?
Nah, poin terakhir ini menurut saya adalah poin “pamungkas”: Remain flexible! Saat segala sesuatu (baik sudah bersiap maupun tidak) berjalan tidak sesuai dengan keinginan kita, tetaplah berpikir positif dan fleksibel. Memikirkan hal yang tak ideal yang sudah terjadi terus menerus hanya akan membuat kita stress. Dalam masa-masa ini, sungguh, kita nggak butuh tambahan distress sedikitpun.
Sip, poin pertama sudah selesai. Masih ada poin-poin lanjutan, tetapi akan disambung ke posting berikutnya lah ya… Mari terus belajar, Happy Parenting J

No comments:

Post a Comment