Markijut, mari kita lanjut…
Mohon maaf kepada tema HS karena
saya teralihkan yaaaaa… >_<
Di posting sebelumnya, disebutkan 8
prinsip Attachment Parenting, coba saya ulas satu-satu ya…
Pertama, Mempersiapkan Kehamilan, Kelahiran, dan Proses Menjadi Orangtua
Menjadi orangtua bahkan sudah
dimulai sebelum hamil ya… Mungkin banyak dari calon ibu dan ayah yang sudah
senang mencari informasi tentang parenting sebelum si buah hati lahir. Namun,
tidak bisa dipungkiri, peristiwa kehamilan lah yang menjadi kesempatan terbesar
bagi ayah dan ibu untuk mempersiapkan diri untuk proses parenting baik secara
fisik, mental, dan emosional. Termasuk didalamnya merencanakan dan
mempersiapkan proses kelahiran dan perawatan bayi yang kita inginkan, tidak
ketinggalan, praktek parenting apa yang ingin kita terapkan? Di sinilah
pentingnya mencari informasi sebanyak mungkin dari sumber yang tepat.
Saya? Saya dan suami membaca dan
belajar… tapi jujur saya merasa masih banyaaaaak sekali yang kurang. Bahkan
untuk urusan yang umum seperti peralatan bayi saya tidak terlalu “heboh”. Lalu, hal apa saja yang perlu disiapkan?
- Coba deh… refleksikan masa kecil kita,
menyenangkan nggak? Saat membayangkannya, kita juga pasti akan membayangkan
cara orangtua mendidik kita. Dari sana, kita bisa mendapatkan gambaran masa
kecil seperti apa yang ingin dialami oleh anak kita, dan ingin menjadi orangtua
seperti apakah kita kelak. Setelah itu, bolehlah kita eksplorasi lebih dalam
tipe, cara, dan filosofi parenting dari berbagai budaya, agama, teori, dll.
Sehingga kita bisa mulai mengekstraksinya untuk kemudian diterapkan untuk
keluarga kita.
- Jauhi emosi-emosi negatif selama
kehamilan. Selama kehamilan memang terdapat beberapa masalah datang silih
berganti yang cukup berat buat saya. Saat episode-episode itu datang, saya
merasakan Ihya bergerak kencang. Sebagai bagian dari tubuh kita, mustahil sang
bayi tidak ikut merasakannya. Untuk membuat bayi tenang dan nggak ikut-ikutan
stress, mari jauhi emosi negatif J.
Yang tidak kalah penting adalah persiapan
fisik dari sebelum kehamilan, makan-makanan bergizi, dan berolahraga secara
teratur. 3 hal tersebut membantu kehamilan yang sehat serta dapat mengurangi
keluhan-keluhan selama kehamilan. Bahkan ada teman saya yang rajin sakit justru
sehat beut pas hamil, dan kemudian sering sakit lagi setelah melahirkan. Alhamdulillah
saya nggak banyak mengalami keluhan saat hamil. Namun, karena dari awal kurang
olahraga, memang badan lebih cepat lelah. Memang tidak bisa dimulai mendadak,
harus disiapkan dari sebelum masa kehamilan. Kehamilan yang sehat akan lebih
membahagiakan untuk Ibu dan pasti lebih membahagiakan bagi bayi.
- Selanjutnya mengenai tempat/fasilitas
kesehatan yang merawat kita selama kehamilan dan kelahiran. Sayangnya, memang
nggak semua RS/Klinik ramah Ibu dan Bayi. Ini bukan sekedar soal dokter yang
galak atau nggak ya… Hehe. Ini juga menyangkut “ideologi” yang dianut oleh RS. Apa
saja yang perlu dicari tahu bisa dilihat di sini dan di sini. RS yang ramah Ibu
dan Anak tentunya juga akan mengajak Ibu untuk senantiasa sadar dan aktif pada saat
proses kelahiran. Ketahui pula hal-hal rutin yang berkaitan dengan perawatan
bayi untuk didiskusikan dengan RS dan tenaga kesehatan.
Kemudian, setelah melahirkan, Ibu
biasanya merasa luar biasa lelah, apalagi yang melahirkan spontan. Kadang ASI
tidak langsung keluar. Kadang suami dan keluarga belum betul-betul Pro ASI. Kadang
tamu-tamu yang datang bukan bikin seneng malah bikin panik. RS yang ramah Ibu
dan Anak akan sangat meringankan lho… Biar mereka yang bertitah dengan gelar
ahli kesehatannya. Hehe.
- Nyambung nih sama poin di atas,
mengenai ASI. ASI Eksklusif itu 6 bulan, tidak kurang tidak lebih. Menyusui
tidak selalu mudah dan langsung bisa. Pun kalau sudah bisa masih ada waktu 2
tahun yang etap perlu dijaga. Oleh karena itu, ada baiknya calon Ibu dan Ayah
mengedukasi diri dan keluarganya. Seringkali hambatan yang ada sebenarnya minor
dan bisa dicarikan solusinya, tetapi karena pengetahuan yang kurang ASI Eksklusif
justru gagal.
Edukasi sepertinya memang poin
penting, pengetahuan yang sudah berkembang begitu pesat di sekitar kita rasanya
sayang kalau tidak dicari dan dimanfaatkan. Termasuk tentang ASI, tahap-tahap
perkembangan anak (jadi nggak perlu panik kalau perkembangan anak telat-telat
dikit dan membuat ekspektasi orang tua kepada anak menjadi lebih rasional).
-Dari poin sebelumnya, terlihat
kan, bahwa parenting adalah tugas Ayah dan Ibu, bukan hanya salah satunya
(memang berat ya jadi Ayah…). Karena itu, jadikan masa kehamilan sebagai “bulan
madu” kedua. Bulan madu yang tidak sekedar romantis, tetapi bulan madu yang
semakin memperkuat komitmen berkeluarga serta menciptakan hubungan yang lebih
sehat.
- Jadi orangtua, untuk anak
keberapapun selalu jadi pengalaman baru yang tidak selalu mudah dilalui. Sang
bayi ini “penuntut” loh… Artinya, ia memang membutuhkan perhatian penuh dari
kita. Jika merasa membutuhkan, tidak masalah mempertimbangkan untuk memiliki
ART untuk membantu pekerjaan Anda. Bahkan ada orang-orang yang memang bekerja
sebagai pengasuh untuk masa-masa awal saja (di Amerika sonoh kali ya…), istilahnya
doula. Kalau di Indonesia (termasuk saya sendiri), biasanya Ibu yang baru
melahirkan didampingi oleh ibu atau mertuanya disamping ART. Buat saya ini amat
membantu, memberikan rasa aman dan nyaman sekaligus pengetahuan tentang merawat
bayi.
- Saat kondisi-kondisi yang tidak
diinginkan muncul, seperti: kata dokter harus SC!!, Anak kuning, harus kasih
formula!! Anak kena infeksi, harus kasih AB, harus dirawat !!, dll… tenang
adalah pilihan pertama. Selanjutnya, coba tanyakan dan cari tahu hal-hal
berikut ini:
- Apa keuntungan
dari intervensi yang akan diberikan? Cukup sepadankah? Jangan lupa untuk tetap
mempercayai insting Anda sebagai orangtua.
- Apa resiko yang
akan datang jika intervensi tidak dilakukan?
- Ada pilihan
lainkah?
- Saya punya waktu
berapa lama untuk memutuskan?
Nah, poin terakhir ini menurut saya
adalah poin “pamungkas”: Remain flexible! Saat segala sesuatu (baik sudah
bersiap maupun tidak) berjalan tidak sesuai dengan keinginan kita, tetaplah
berpikir positif dan fleksibel. Memikirkan hal yang tak ideal yang sudah
terjadi terus menerus hanya akan membuat kita stress. Dalam masa-masa ini,
sungguh, kita nggak butuh tambahan distress sedikitpun.
Sip, poin pertama sudah selesai.
Masih ada poin-poin lanjutan, tetapi akan disambung ke posting berikutnya lah
ya… Mari terus belajar, Happy Parenting J
No comments:
Post a Comment