Tuesday, August 12, 2014

Kenangan Tentang Dia

Ada sebuah berita yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini, yang membuat kenangan saya melanglang ke mana-mana... Lewat Facebook (FB) saya cari namanya. Membaca linimasa yang jarang sekali muncul karena memang si gadis ini sudah tidak pernah posting apa-apa.

Saya kenal dia, di tahun 2009. Tidak lama setelah lulus saya bekerja sebagai guru di sebuah sekolah dengan konsep yang unik dan tidak konvensional. Saya bertugas untuk menjadi mentor di kelas paling tinggi yang siswanya setara dengan usia 2-3 SMA. Ada empat orang di kelas kami, salah satunya... dia.

Karena cuma berempat, tentu saja lebih mudah bagi saya untuk mengenal dan menjadi mentor bagi mereka. Namun, jangan tanya susahnya menyusun bahan ajar. Usia beda-beda. Karakter beda-beda. Latar belakang keluarga beda-beda. Kalau di sekolah konvensional guru nggak akan banyak ambil pusing dengan perbedaan-perbedaan itu dan punya target bahan ajar.

Selain mengajar, kami juga sering berbagi masalah pribadi. Karena saya tahu suka atau tidak suka pasti berpengaruh terhadap kondisi mereka saat belajar. Sampai suatu hari dia menghampiri saya, dia bilang ingin cerita. Inti ceritanya adalah: dia menyukai sesama jenis (perempuan) dan sudah punya pacar. Deg!! Rasanya pingin jedotin kepala ke tembok. Rasanya nggak pingin jadi guru, apalagi jadi psikolog (cemen banget sih gue...). Itu reaksi pertama saya.

Kemudian saya dengarkan ceritanya, yang ternyata menjelaskan bahwa hubunganmereka sudah berlangsung cukup lama. Awalnya dia bertemu dengan pasangannya di sekolah. Kok bisa? Padahal beda umur mereka cukup jauh... Ternyata pasangannya ini mengajar taekwondo dan kemungkinan sudah menjadi lesbian pada saat itu.

Hubungan mereka berlangsung terus. Dia kemudian mulai jarang muncul di sekolah dan kemudian tidak masuk sama sekali. Kemudian ia melepas hijabnya dan pergi dari rumah. Orangtuanya jelas melarang. Tidak ada kompromi soal orientasi seksual, karena homoseksualitas dilarang dalam Islam dan batasnya sangat nyata. Sementara dia sudah sedemikian terikatnya dan hubungan mereka bukan lagi sekedar telpon-telponan atau jalan bareng dan makan di mall. Mereka sudah terlibat aktif secara seksual.

Ibunya sering menghubungi saya... berharap saya bisa memberikan solusi atau paling tidak mendengarkan ceritanya. Terakhir, saya diminta menemui dia di panti anak Cipayung. Dia hidup di jalan... hidup dari mengamen dengan pasangannya. Sampai akhirnya ia terdampar di panti anak Cipayung. Akhir yang sama sekali tidak indah.

Akhir-akhir ini ada 2 komik yang diketahui mengandung pesan bahwa LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) adalah hal yang wajar dan normal. Masyarakatlah yang seharusnya menerima hal tersebut. Bahwa selama ini hak-hak mereka telah banyak dikebiri. Dan diri mereka telah disakiti.
Saya menganggap mereka manusia, sama seperti saya. Tapi jika sampai mempengaruhi seorang heteroseksual untuk menjadi seperti mereka... sungguh saya tidak terima. Jika bicara keyakinan... jelas... saya menentangnya karena dilarang dalam Islam. Sesederhana itu. Terbayangkah jika LGBT adalah sesuatu yang wajar? Manusia tidak lagi bereproduksi dengan cara yang alami. Mungkin tetap bisa dilakukan dengan bank sperma atau sukarelawan sel telur. Kemudian nasab tiap orang menjadi kabur. Tidak ada lagi Ibu dan Ayah, melainkan Ibu Ibu atau Ayah Ayah. Sementara dalam tahap perkembangannya anak membutuhkan peran Ibu dan Ayah. Yah... mungkin mereka tidak peduli, seperti merekapun tak apa-apa...

Khusus untuk dia... Dia kemudian meninggalkan ajaran agamanya... Meninggalkan keluarganya... Tercabut dari kerabat yang sebenarnya baik-baik saja... Hidup di jalanan dan kemudian masuk panti anak yang diisi oleh anak-anak bermasalah (jangan bayangkan mereka ditangani satu-satu oleh psikolog ya...)... kehilangan kesempatanya untuk mendapatkan pendidikan. Semua (katanya) atas nama cinta. Padahal bukan cinta semata yang membentuk dan mempertahankan hubungan yang sehat... di sana ada komitmen. Lalu adakah komitmen dalam cinta buta ini? Entahlah... Apakah dia masih merasa bahagia dengan cintanya ini? Entahlah...

Dia sayang... Di manapun kamu berada, Kakak mendoakanmu... Jangan kalahkan cintamu pada Allah. Ia lah sesungguhnya Maha Pencinta yang menganugrahi kita dengan rasa cinta.


No comments:

Post a Comment