Saturday, November 22, 2014

Aku (masih dalam proses) Bisa Tidur Sendiri

Bismillahirrahmanirrahiim...

Menyapih balita, dalam hal apapun, menurut saya adalah hal yang membutuhkan kematangan bukan hanya anak, tetapi juga orangtua. Biasanya sih Ibu. Contoh nih... waktu mau menyapih Abang dari nenen alias ASI, proses baru berjalan lancar saat saya mulai ikhlas untuk melepaskan bahwa Ihya sebentar lagi nggak akan sebegitu tergantungnya sama saya. Apalagi saat itu saya bekerja, ada rasa takut ikatan yang sudah terbentuk itu akan luntur...

Di usianya yang sekarang hampir 4 tahun, kami memutuskan sudah saatnya Ihya tidur sendiri, di kamar sendiri. Awalnya sih saya ingin proses ini dimulai lebih cepat, tapi apa boleh buat... dulu tempat tinggal kami hanya punya satu kamar. Ada beberapa alasan kenapa sekarang:

Pertama, menurut tulisan dari Bu Elly Risman anak usia 4 tahun sudah bisa pura-pura tidur. Itu artinya bisa saja anak melihat hal yang belum sepantasnya ia lihat tanpa kami sadari. Ya walaupun selama ini juga kami jaga... tapi kalo lagi sial gimana? Jangan pertaruhkan masa depan anak. Hehe.

Kedua, kami (apa saya ya?) berencana punya anak kedua dengan jarak 4 tahun. Kebetulan memang rezekinya sesuai dengan rencana ini. Saya nggak pingin Ihya merasa tersisih karena kami melatihnya tidur sendiri terlalu cepat dan dekat dengan kehadiran adiknya.

Ketiga, ya karena memang baru ada tempatnya sekarang... hehe.

Belum sempat cerita banyak tentang perkembangan Abang setelah kami pindah ke Adelaide. Tapi, memang kami banyak merasakan perkembangan yang positif. Salah satunya dalam hal kemandirian. Misalnya, Abang sudah bisa makan sendiri. Dari dulu juga sebenarnya sudah bisa, tapi karena disuapin terus jadi nggak terbiasa.
Atau ia sudah bisa bermain sendiri tanpa harus ditongkrongin terus sama Ibunya. Walaupun tetep lebih banyak nempelnya ya kakaaak... Hehe.

Intinya... kita coba sajalah... Alhamdulillah bisa dan ada perkembangan-perkembangan positif. Kenapa saya bilang perkembangan? Karena memang kami nggak mau memaksa Abang harus bisa saat itu juga. Jadi pasti bertahap... Waktunya sendiri sudah berjalan selama sekitar dua bulan. Berhubung proses Abang tidur sendiri ini berjalan dengan cukup baik dengan kami, saya ingin berbagi apa yang kami lakukan, mudah-mudahan bisa bermanfaat :)

Nggak ada yang suka dengan sesuatu yang mendadak, apalagi penuh paksaan. Jadi pertama dan terutama... kami komunikasikan dulu ke Ihya bahwa ia sudah cukup besar dan bisa tidur sendiri. Dan tidak ada paksaan sama sekali. Kapanpun Ihya bisa mulai kalau sudah siap, tapi tentu saja kami menawarkan reward jika ia mau mencoba ☺

Reward. Nggak ada salahnya memberikan "umpan" berupa reward positif. Dalam hal ini kami menjanjikan barang. Walaupun yang jadi reward mainan kesukaannya... tapi anak belum tentu mau lho... Ihya lumayan berpikir panjang sebelum memutuskan untuk mencoba.

Bertahap. Kami nggak langsung meninggalkan Ihya sendirian di kamar. Sampai saat ini saya masih menemaninya sampai tidur, baru kemudian saya tinggal ia sendiri. Awalnya Ihya selalu terbangun di tengah malam. Saya memang berjanji untuk menemaninya sampai ia tidur kembali. Tapi sudah sekitar 2 minggu Ihya sudah tidak pernah terbangun di tengah malam. Sekarang ia biasanya bangun di pagi hari dan"ngrusuhi" ayah ibunya yang masih di kasur. Hehe 😁😁

Ada masa naik turun... saat Ihya terlihat enggan untuk tidur sendiri, kadang juga terlihat sangat gelisah... saya memilih untuk membiarkannya tidur bersama kami. Biasanya hanya untuk semalam dan saya harus pandai-pandai membaca apakah ia sedang benar-benar kesepian atau hanya merajuk.

Oia... saya juga menghindar untuk mengaitkan pembelajaran ini dengan adiknya yang sebentar lagi akan lahir. Kami berusaha agar ia melihat proses ini adalah untuk dirinya sendiri, bukan karena kehadiran calon adik.

Umm... itu aja kayaknya. Sederhana kan? Yang penting sabar... hehe.

Semoga bermanfaat. Salam!!

No comments:

Post a Comment