Monday, December 24, 2012

Ihya Sudah Besar :)



Dulu, saat saya akhirnya merasakan betapa indahnya menyusui Ihya, saya berkata pada diri saya sendiri: seandainya saya ibu yang egois, maka saya akan menyusui Ihya selamanya. Itu menggambarkan bahwa perasaan bahagia dan kegembiraan yang saya rasakan saat menyusui memang benar-benar luar biasa. Sampai saya emoh melepaskannya. Percaya nggak, pernah lho, suatu malam saya sulit memejamkan mata. Setelah beberapa waktu bengong-bengong nggak jelas, saya membangunkan Ihya yang tengah tertidur lelap agar menyusu. Saya berharap oksitosin dan endorphin yang muncul bisa membantu saya untuk terlelap. Dan usaha tersebut berhasil!! *ibu macam apa ini...*

Saat masa awal kelahiran Ihya saya juga akhirnya tahu, bahwa ada satu metode yang dianggap terbaik untuk menyapih buah hati. Weaning With Love (WWL). Pada dasarnya saya nggak peduli mau menyapih dengan cara apapun. Saya hanya peduli bahwa cara yang saya pakai adalah yang terbaik. Paling tidak saya telah mengusahakan cara yang terbaik. Begitu juga dengan menyusui. Begitu juga dengan MPASI. Dan begitu juga dengan menyapih.

WWL secara singkat (menurut saya) adalah cara menyapih tanpa trauma, cara yang jujur, cara yang mendewasa, dan tentu saja, penuh cinta. Secara operasional, WWL saya terjemahkan sebagai: kalau minta, kasih. Kalau nggak, diamkan. Eh, lama ya bo’ kayaknya kalau gini mah? Saya ingat betul saat Mega disapih. Itu jeritannya sampai tetangga 3 rumah di depan. Sekarang pilihannya: WWL tapi lama. Nggak WWL tapi cepat. Yaaa.... sudahlah, tetep hidup WWL!!

Saya sudah siap dengan kemungkinan Ihya akan menyusu sampai usia 3 tahun sekalipun. Saya berusaha menyiapkan diri tentang pandangan orang dan lain sebagainya. Dan di dalam hati kecil, saya merasa bahwa menyusui lah yang melekatkan Ihya pada saya. Sementara saya bekerja, trus, apa lagi dong senjata gue? Hehe. Ini juga yang membuat saya sok tabah dengan WWL, padahal mah emang pingin lama-lama aja nyusuinnya.

Dan kemudian, waktu berlalu. Bulan demi bulan. Sampai akhirnya tinggal beberapa hari saja menuju Ihya usia 2 tahun. Whattt??!! Cepet banget!! Saya yang tadinya santai pun mulai panik karena orang sekitar sudah mulai menyarankan Ihya untuk disapih. Sempat saya berpaling dari WWL karena khawatir Ihya tidak akan mau melepas masa menyusuinya. Namun, saya harus balik lagi. Menyusui Ihya = perjuangan berat buat saya, apalagi di awal masa menyusui. Maka saya akan melepasnya dengan cara yang terbaik, sesulit apapun itu.

Sekarang Ihya berusia 2 tahun 9 hari. Entah sejak beberapa hari yang lalu Ihya bisa dibilang sudah nggak nenen lagi. Serius, saya sempat terdiam beberapa saat karena memikirkannya. Saya sedih, tapi saya juga bahagia. Karena kami melepas satu sama lain dengan cara yang minim tekanan. Tanpa manipulasi. Tanpa tangis berlebihan. Ini indah menurut saya. Saya hanya tak menyangka sebegini cepat.

Sementara ini, saya bisa bilang kalau Ihya sudah berhasil disapih dengan baik. Saya juga telah melaksanakan kewajiban untuk menyusui Ihya. Namun, kelak kedekatan kami akan berganti bentuk dari waktu ke waktu. Tinggal di satu tahap terlalu lama berarti saya menghambatnya untuk menjadi besar dan dewasa. Tapi, tetep ya, alih-alih meminta anakku supaya cepat besar, sepertinya saya lebih ingin Ihya melalui semua tahapan perkembangan hidupnya dengan baik, walaupun mungkin melalui waktu yang lebih lama.

Selamat menempuh petualangan-petualangan baru, Nak!! Ibu loves you :)

-Terimakasih untuk Ayah yang luar biasa. Nggak tahu deh kalau nggak ada Ayah jadinya gimana... Love you to, Bun!-

*) Cerita lebih lengkap di posting selanjutnya.

Tidur Tanpa Nen, hehe.
Kayaknya sebentar lagi siap disunat nih, hehe
Plus mulai emoh disuapin

No comments:

Post a Comment