Saat ini, satu berkah yang mungkin sering lupa untuk saya syukuri adalah
jilbab. Bukan hanya jilbab yang saya kenakan, tetapi juga jilbab yang dikenakan
oleh 2 wanita yang saya cintai: Mamah dan Adek. Disadari atau nggak, jilbab ini
lah yang melindungi saya dari berbagai hal. *Subhanallah ya... Allah tuh cinta
banget sama perempuan!!*. Mulai dari panas yang menyengat dan bikin kulit item.
Melindungi saya dari keterlambatan karena nggak musti nyisir rambut dan
mengalami episode bad hair day. Melindungi saya dari mulut-mulut dan mata-mata
yang jahil. Dan terutama melindungi saya dengan memberikan rasa takut dan malu
untuk bertindak sembarangan.
Dari dulu saya punya satu semboyan tentang jilbab. Jilbab itu dipakai
bukan karena SUDAH baik, tetapi untuk JADI baik.
Inilah yang menyemangati saya untuk pakai jilbab walaupun dulu diri
nista-senista-nistanya. Hehehe. Umm, saya harus jujur... walaupun saya ngaji
dari usia TK sampai tamat SD, walaupun saya pinter ngaji, walaupun saya suka
ikut LOKETA (lomba keterampilan agama, tahu kan??), walaupun saya nggak tipe
yang suka memakai baju kurang bahan, tapi saya jarang banget sholat. Nah,
sholat aja jarang, gimana orang tua saya nggak kaget waktu saya bilang mau
pakai jilbab??
Alhamdulillah sampai sekarang saya masih berjilbab. Tanpa menafikan
segala hina dan cacat yang masih saya punya. Allah lah yang melindungi cacat
dan aib saya. Alhamdulillah juga sekarang bisa dibilang buanyaaak buanget perempuan
yang (bahkan ada waria yang) memakai jilbab. Contohnya di ruangan HRD tempat saya kerja: dari 10
perempuan, 5 mengenakan jilbab. 1 orang memang beragama kristiani. Kabar
yang cukup menggembirakan kan? Waktu saya pertama kali memakai jilbab, jelas
nggak sebanyak sekarang. Dan sebelum masa saya memakai jilbab, jumlahnya jelas
lebih sedikit lagi.
Jilbab dan pakaian muslimah sekarang juga cantik-cantik dan indah-indah.
Di satu sisi saya bersyukur, bahwa mungkin inilah yang mengundang banyak
perempuan memutuskan untuk memakai jilbab. Paling nggak mereka bisa mencoret “tampil
membosankan dan tidak menarik” dari daftar hal-hal yang dikhawatirkan saat
mulai memakai jilbab.
Namun, sejatinya, ada dua hikmah utama Allah memerintahkan perempuan
mengenakan jilbab: menunjukkan identitas sebagai muslimah dan melindungi diri.
Maka jilbab yang kita kenakan tak bolehlah justru melenceng dari identitas
kemuslimahan kita dan tidak justru membuat kita tak aman, ya kan? Misalnya dengan ber-tabarruj, longgar terhadap aurat
(misalnya pake legging ketat-ketat kitu), tidak mengurai jilbabnya hingga ke
dada, atau longgar dalam hubungan laki-laki dan perempuan. Susah sudah pasti...
*tahu lah yang pernah muda...hehe*. Namun, saya yakin, dalam hal apapun bukanlah
periode santai dan enak yang membawa kita ke jenjang kesuksesan, melainkan yang
sesak dan berdarah-darah *episode masokis, hehe*.
Hhh... pada akhirnya cuma bisa toyor kepala sendiri atas kebobrokan diri
yang masih banyak buanget. Sambil bersyukur atas sunnah menikah. Analoginya,
satpam yang jaga berdua bisa lebih nggak ngantuk dan berani saat ngegrebek
maling, hehe *analogi yang aneh...*. Oke, yang ini serius... Sesama muslimah,
marilah kita saling menjaga dan mengingatkan. Plus mendoakan yang belum berjilbab agar segera berjilbab. Tentu saja dengan hati yang
setulus mungkin, tanpa tendensi apa-apa, apalagi untuk pamer keshalihan diri
*Astaghfirullah...*. Secanggih apapun jilbab di jaman kini, patokannya tetap
tak pernah berubah dari 14 abad lalu, Al Quran dan Sunnah J
Note: Btw, tahukah Anda, tanggal 4 September adalah International Jilbab
Day *wuow, baru tahu juga saya...*
No comments:
Post a Comment