Tulisan ini mungkin tidak akan
sekali jadi, tapi InsyaAllah saya berusaha menyelesaikannya secepat mungkin.
Ini tentang IMUNISASI. Untuk yang pertama ini, lebih ke arah cerita pengalaman sendiri aja sih... Tetapi, saya merasa tergerak untuk menulis tentang vaksinasi dan
imunisasi. Kenapa? Pertama, karena saya punya anak. Saya harus memutuskan,
apakah Ihya akan diimunisasi atau tidak. Seandainya di Al-Quran atau Sunnah
menyebut dengan jelas tentang boleh tidaknya vaksinasi, hidup saya mungkin akan
jauh lebih tenang, dan hilanglah satu beban pikiran. Sayangnya, nggak. Ihya
juga belum bisa milih sendiri, dan saya dan Syami lah sebagai orangtua yang
harus memilihkan.
Kedua, gerakan anti imunisasi
banyak. Saya yakin yang saya pilih adalah yang terbaik. Namun, saya nggak bisa
memaksa orang lain, yang saya bisa adalah mengajak dan berbagi cerita. Berbagi
informasi. Permasalahannya, pilihan imunisasi atau nggak tidak hanya menyangkut
anak kita semata. Tapi anak orang lain di sekitar kita.
Saat masih mengandung Ihya, saya
sudah mulai memikirkan, apakah Ihya nantinya akan saya imunisasi? Beberapa
teman saat itu memlih untuk tidak mengimunisasi anaknya. Jujur, saya bingung.
Kebingungan itu bertahan sampai Ihya lahir. Dari dokter di Markas Sehat, saya
tahu kalau WHO merekomendasikan bayi segera diimunisasi Hep B dan Polio saat
lahir. Nyatanya, di RS tempat saya bersalin, Ihya tidak diimunisasi (dr. Windy
sampai membantu melihat resep dan obat satu-satu untuk memastikan anak saya
belum diimunisasi). Saya datang ke Markas Sehat setelah meyakinkan diri untuk
Imunisasi (yak, saya pro Imunisasi). Dan buku Q&A: Smart Parents Healthy
Children karangan dr. Purnamawati inilah yang membantu saya untuk memutuskan.
Dari pemikiran-pemikiran dr. Wati
yang tertuang di buku tersebut, saya tahu bahwa beliau sedang mempromosikan dan
mengkampanyekan RUM. Lho? Apakah selama ini kita tidak RUM. Saya harus bilang:
YA. Apa yang dijelaskan di buku tersebut sangat berbeda dengan apa yang saya
alami selama ini. Mencret, obat. Batuk, antibiotik. Gatel, Inci**l. Selain itu
dr. Wati juga pro-ASI Eksklusif 6 bulan. No Sufor, dan UHT sajalah di atas 1
tahun. Perasaan keibuan saya cuma bilang: dia ahlinya, dan dia mengkampanyekan
hal-hal baik. Mungkinkah imunisasi sebagai salah satu hal yang dikampanyekannya
salah dan jahat. Nggak ilmiah? Nggak papa, itu adalah salah satu dorongan purba
saya untuk melindungi Ihya. Saya harus ambil keputusan, sekarang. Maka saya
memilih imunisasi.
Tapi saya juga tahu, nggak semua
orang pro Imunisasi. Alasannya seram (ya…saya juga sempat kebingungan soal ini
toh…) dan suaranya gencar. Saya coba buka mata, buka telinga tentang apa dan kenapa
dalam pro-kontra ini. Bahkan saya dan suami sempat menunda jadwal MMR-nya Ihya.
Namun, sampai detik ini keputusan terakhir saya masih tetap pro imunisasi.
Selanjutnya Insya Allah mau coba merangkum pendapat-pendapat kontra dan
penjelasan lebih dalamnya.
Ayo Imunisasi!!
No comments:
Post a Comment