*ngulet dulu ah..*
Sebagai Ibu bekerja, ada 2 pihak yang keberadaannya amat berharga buat saya: ART dan (keluarga)
mertua. Haha, bahkan ngalahin suami yah… Tanpa ART, pagi hari saya bisa kacau,
syukur-syukur nggak merembet BT sampai di kantor. Khusus untuk mertua,
kebetulan memang kami tinggal cukup dekat. Walaupun ego agak terusik karena
ke-sok mandiri-an saya yang gede, tapi demi Ihya, saya dan suami akhirnya
sepakat menitipkan Ihya di rumah mertua. Namun, selanjutnya saya jelas lebih
merasa damai-tentram meninggalkan Ihya di rumah mertua. Repot boyongan tiap
pagi nggak masalah. Apalagi kalau melihat perkembangan Ihya yang meningkat dari
hari ke hari (maklum, Bunda punya TK, dan keluarga mertua adalah keluarga
besar. Jadi banyak yang mengajak Ihya main dan ngobrol) plus keriangan
Papa-Bunda-Adek-adek Ipar setiap Ihya datang :)
Lebih repot, pasti…
Tadinya, saya biasa tidur lagi setelah suami pergi kerja. Sekarang langsung
masak. Bukan apa-apa, ini ada hubungannya dengan pembukaan di atas. ART
seringkali datang tak tepat waktu. Sebagai majikan yang membayar upah jauh di
bawah UMP, sadar diri lah… Untuk menghindari ke-mumet-an, ya… harus siap-siap
lebih awal. Bahkan rasanya ada kepuasan tersendiri saat bisa membawakan bekal
makan siang untuk Bunny tercintah…
Tadinya, saya menggunakan jatah terlambat saya tiap bulannya dengan
maksimal, *maklum, lagi demot*. Sekarang, boro-boro… Yang tadinya masih santai
berangkat jam 08.20 dari rumah, sekarang jam 08.00 TENG musti udah stand by.
Hasilnya, sekarang saya juarang banget telat. Seinget saya, terakhir saya telat
karena jam di rumah mati.
Nah, saya nih aslinya pemales… Di bagian hati terdalam, saya bersyukur
dengan keadaan ini, karena membuat saya semakin disiplin dan semakin dekat
dengan Ihya. Serta banyak hal-hal yang seolah-olah kecil, padahal amat
berharga. Contohnya, Senin kemarin. Sekonyong-konyong ART nggak masuk *hadeh…*.
Abang bangun kepagian, Ibu bangun kesiangan, dan Ayah sudah berangkat kerja.
Mau nggak mau harus urus sendiri tanpa ada yang jaga Ihya. Kasian sih… Ihya
rewel karena melihat saya mondar-mandir tanpa fokus ke dia. Walhasil Ibunya
juga ikut ngomel, hehe. Puncaknya, Ihya saya gendong depan dan kita naik motor
berdua sajah!! Sepanjang jalan saya berbisik sama Ihya: yang kuat ya Nak….
*kesannya ngapain gitu ya…*
Saya juga sempat khawatir, apakah Ihya akan jadi nggak nyaman dengan
jadwal kami. Ia harus “ikut jadwal” karena saya nggak boleh terlambat. Tapi
suami menenangkan, semoga itu jadi bekal Ihya untuk lebih disiplin dan mandiri.
Toh, saya nggak nyuruh Ihya nimba kaaaan….? Hehehe.
*tarik napas…* Di titik ini, saya makin PD dengan status Ibu Bekerja. Segala Puji bagi Allah dengan
segala situasi yang Ia atur untuk kami…
No comments:
Post a Comment