Semalam saya beru menamatkan Partikel-nya
Dee. Sebagai orang yang ngikutin itu buku dari jaman Ksatria, Putri, dan Bintang
Jatuh, saya merasa antusias. Selain itu, saya nggak bakat jadi kritikus buku. Menurut
saya, menulis buku aja udah sangat hebat, nggak perlu pake dikritik segala… Saat
nggak suka sama suatu buku pun saya
berusaha menghabiskan buku dari awal sampai akhir sebagai bentuk
penghargaan saya pada sang penulis.
Partikel cukup mampu membuat saya membaca
buku terus-terusan. Walaupun harus berhenti saat saya di kantor atau saat
mengurus Ihya. Walhasil suami lah yang (sepertinya) BT, karena waktu saya buat
baca buku ya mayoritas saat saya sama dia. Hehe.
Balik lagi, saya nggak bakat jadi
kritikus. Tapi ada saatnya ada bagian-bagian yang kurang “enak” dalam sebuah
buku. Misalnya, buku Kang Abik menurut saya jalan ceritanya mudah ditebak dan
tokohnya terlalu lurus dan sempurna. Atau bukunya Mbak Asma Nadia yang jalan
ceritanya terlalu singkat, jadi nggak banyak konflik yang tereksplorasi.
Termasuk Partikel yang sangat berbau new ages, meditasi, dsj. Setiap buku pasti
punya ide yang ingin ia sampaikan dari karyanya. Namun, saya lebih cenderung
mengelompokkan lagi menjadi 2: sekedar mengeksplorasi ide, atau punya misi dan
menyampaikan pesan. Saya pikir Partikel (Dee) adalah yang kedua. Terlepas saya
setuju atau nggak sama pesannya, saya suka J. Dan, semakin spiritual yah… Hehe.
Baca Partikel juga bikin saya makin
sadar, sebenarnya sebagai seorang muslim, saya amat beruntung. Nggak perlu
menyediakan perantara macem-macem untuk merasakan Dia, Sang Pencipta. Tapi, ya…itu
juga nggak kalah susah. Pernah nggak sih, udah sholat malam di suasana sunyi,
tapi tak tergerak hati untuk menangis dan merasa kecil di hadapanNya…. Selain
itu, menjadi seorang muslim di negara mayoritas Islam macam Indonesia kadang
membuat kita kurang militan, tak mencari sebenar-benarnya mencari. Tak
merasakan perjuangan berarti untuk sampai kepada kesimpulan Laa Illaha Ilallah…
Dooh, kok jadi melow yak… Nggak papa lah, ini melow yang positif.
Teruuus, menceng dikit, saat ini
Bunda mertua saya sedang melaksanakan ibadah umroh… Mohon doanya supaya beliau
sehat, aman, nyaman, tentrem, dan selamet sampai kembali sampai Jakarta. Dan
mohon didoakan juga supaya bisa segera menyusul berangkat ke Baitullah… *TOSS
dulu Bun!!*
Okey, penutup nih, Rasul bilang,
Islam lahir alam keadaan asing. Itu bener. Dan akan kembali dalam keadaan
asing. Yang ini kadang kita juga ngerasain kan yah? Mau tegas dengan
makanan/minuman berfermentasi dibilang ekstrim. Jilbab panjang dibilang nggak
gaul, dsb dsb. Selain itu, Rasulullah juga bilang, satu waktu, jumlah umat
Islam banyak. Amat banyak. Tapi ia bagai buih di lautan yang banyak namun tak
berarti. Doooh, takut jadinya… semoga kita tidak termasuk dalam mereka yang “tidak
berarti”.
No comments:
Post a Comment