Thursday, October 17, 2013

Nak, Saat Engkau akan Menikah Nanti…


Pilihlah muslimah yang baik agamanya. Ibu tahu dan paham, yang rupawan, keturunan terpandang, dan banyak hartanya mungkin membanggakan. Tetapi Rasulullah sudah tetapkan. Maka kita turuti saja, agama yang paling utama. Semoga engkau juga mampu memantaskan dirimu baginya.

Pilihlah ia yang berhijab rapi. Ya… Ibu tahu, hijab memang bukan jaminan. Paling tidak bertambah satu kepatuhannya pada perintah Allah. Ia pula yang kelak akan mendidik anak-anak perempuanmu untuk berhijab. Mari kita permudah saja tugasmu.

Pilihlah ia yang mencintai keluarganya dengan tulus, karena kelak (cepat atau lambat) ia akan mencintai keluarga kita dengan sama tulusnya. Istrimu kelak akan menjadi pintu hubungan Ibu dengan kamu dan anak-anakmu.

Pilihlah ia yang cerdas dan haus ilmu, karena ia yang akan mendidik anak-anakmu. Dukunglah jika ia ingin menuntut ilmu setinggi-tingginya.

Jangan ajak calon istrimu untuk hidup susah. Jaman kini perempuan bekerja banting tulang untuk memperbaiki taraf hidup diri dan keluarganya, masa kau tega ajak ia hidup susah?? 
Namun, pilihlah ia yang sederhana dan tidak terlampau cinta pada dunia. Agar kelak saat Allah berkehendak lain, ia tetap tegar bersamamu.

Menikah memang harus disegerakan, tapi pastikan kau mampu untuk bertanggungjawab akan kehidupan istri dan anakmu kelak. Ibu dan Ayah tentu bersedia membantu. Tapi dengan mandiri nilaimu tentu akan bertambah.

Menikah itu kebaikan. Walimah juga sebuah kebaikan. Namun, tak perlulah kita bermegah-megahan, apalagi jika uang pas-pasan. Niscaya kesederhanaanmu akan berbicara tentang bagaimana engkau teguh dalam pendirian. Jika engkau ingin walimah yang sederhana, maka insyaAllah Ibu dan Ayah akan mendukungmu.

Ibu pernah merasakan sedihnya harus berjilbab pendek saat menikah. Sedih karena di saat Ibu ingin beribadah dan meraih ridho Allah, justru berkurang kepatuhan Ibu padaNya. Tak usah pula disebutkan wajah yang menor dengan make-up aneka warna. Belum lagi melihat pengantin yang terpaksa melewatkan waktu sholat karena tak mau make-up di wajahnya luntur. Ada juga yang memaksakan adat istiadat sehingga mendekati syirik. Ah… miris betul. Nanti pernikahanmu jangan sampai seperti itu ya Nak, insyaAllah Ibu akan bantu sekuat tenaga.

Foto pre-wedding memang sedang jadi tren saat ini, mau kamu ikuti juga tidak masalah. Asal jangan karena beberapa lembar foto lantas berkurang keberkahan dalam pernikahanmu. Jika belum menikah, pegang-pegangan ya tetap zina namanya. Apakah itu yang akan kita banggakan dan dipajang untuk dilihat tamu-tamu undangan?

Muliakanlah istrimu dengan menjadikan satu-satunya bidadari di dunia, tidak akan pernah habis kebaikan dari seorang istri yang kau pilih dengan menimbang keimanannya.

Ajaklah istrimu untuk bermanfaat bagi umat. Dunia terlalu besar untuk dilewatkan selamanya di dalam rumah. Ajak ia keliling dunia agar semakin nampak kebesaran Allah di mata kalian.

Setelah menikah, simpan rapat masalah kalian untuk kalian berdua, InsyaAllah kalian akan mendewasa. Ingatlah, cinta tidak akan selamanya membara. Syaithan tidak akan pernah berhenti menggoda. Setiap hari adalah ujian dan cobaan. Namun, pernikahan tidak semata-mata soal cinta. Pernikahan adalah janji yang kamu buat atas nama Sang Pencipta, tidak ada yang lebih baik selain menjaganya.

***

Tulisan ini semacam dialog imajiner antara saya dan Ihya. Ihya baru berusia 3 tahun. Pernikahannya mungkin masih belasan tahun di depan. Ini hanya pesan saya sebagai seorang Ibu. Siapa tahu saya nggak sempat berpesan kepada Ihya soal ini. Semoga suatu hari nanti kamu membacanya ya Nak…

*) Oia, tulisan ini juga sebenarnya universal. Bisa untuk anak laki-laki ataupun perempuan, tinggal menyesuaikan saja :)

No comments:

Post a Comment